Pages

Saturday, April 16, 2011

Akhirnya Aku pun Berlabuh di IPB Jua

Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Sedikit ingin bercerita tentang lika-liku bagaimana ku bisa berada di IPB.. semoga yang membacanya bisa termotivasi untuk lebih semangat dan lebih berikhtiar.

Masih teringat dalam benak kepala ini selasa, 2 Februari 2010. Pengumuman yang membuatku bahagia. Saat itu istirahat sedang berlangsung. Tiba-tiba salah satu temanku berteriak, "Djeeee.... Lu dapet PMDK IPB!!!, Selamat yaaaaa.." hati ini sontak cenat-cenut, tidak percaya, aku pun langsung menemui Ibu Faizah-selaku wakil kepala sekolah bidang Humas. Benar! namaku ada disitu "Rahma Dwi Jayanti|Manajemen Sumber Daya Perikanan|Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan|20 Juta" membaca kertas itu tangan ini gemetar karena dua hal; Pertama aku tidak perlu memikirkan UAN lagi, karena mau bagus atau jelek itu ga ngaruh yang penting aku udah dapet PTN. Kedua, Kaget... 20 Juta itu Mahal bagi keluarga kami. Tidak lama-lama, aku pun langsung menelpon ibuku, langsung kuberitahu kabar gembira itu. 

Suara beliau terdengar sangat lega, anaknya yang kedua ini, yang selama ini selalu beliau ragukan kemampuannya dan selalu dipasrahkan, yup, memang dari 4 bersaudara hanya aku yang bisa di bilang paling 'Bloon' , kakakku diterima di STAN, adikku sekarang baru kelas 3 Mtsn tapi pialanya sejublek dan sudah jadi asisten lab.komputer di sekolahnya sendiri dan bertugas menjadi teknisi, lumayan gajinya 150ribu perbulan, selain itu dia juga buka service laptop dan komputer di sekolahnya, penghasilan yang bisa dia dapet minimal 70ribu per sekali service, adikku itu memang paling Subhanallah... *Mohon doanya agar dia bisa keterima di MAN Ihsan Cendekia (MAN punya Presiden Bj. Habibie dulu), MAN terbaik se-Indonesia secara gratis. Ibu dan ayahku juga termasuk siswa-siswa berprestasi dimasa sekolahnya dulu. 

Bisa dilihat betapa keluarga ini sangat mementingkan prestasi. Sedangkan aku, aku anak biasa aja dibanding yang lain, prestasiku secuil. Tapi bedanya dibanding saudara-saudaraku, aku aktif di berbagai organisasi. Perjalanan TK-MI-MTsN-MAN namaku bisa dibilang Eksis, namun hal itu di mata orangtua bukan apa-apa, orangtuaku sangat melihat "Prestasi", aih, aku masih teringat kata-kata nyelekit yang keluar dari ibuku yang bisa membuatku menangis jika mengingatnya, "kamu tuh gak pernah ngebahagiain orangtua". Sangat sedih, keluargaku memang sering memandang rendah orang-orang aktif yang gak punya prestasi kayak aku. Sedih memang menjadi yang paling beda di keluarga kami, aku sering sekali berbohong untuk kumpul ROHIS ataupun KAPMI, kalau ku jujur pasti aku tidak akan di bolehkan pergi. Belajar-Belajar-Belajar itulah nasihat ibuku. Padahal aku udah bilang,"mah, sumber kebahagiaan dwi itu di organisasi. Dwi gak bisa hidup tanpa organisasi. Insya Allah walaupun dwi aktif tapi dwi akan berusaha untuk prestasi-prestasi dwi". Mungkin ini salah satu alasan juga kenapa ku pernah memasang status, "Di nilai pintar di dalam rumah lebih susah daripada di luar rumah".

Hari-hari isolasi dari organisasi dimulai sejak PMDK IPB tidak ku ambil dikarenakan alasan finansial (Bayangkan saja, dalam tenggat waktu kurang lebih 1 minggu aku harus membayar DP sebesar 10 juta, memang salah ku sih. Pada saat mengisi formulir aku menyisipkan juga gaji kakakku yang sekarang sudah jadi PNS, padahal uangnya ya untuk biaya dia sendiri, huftt... --"). Sebenarnya ayah membolehkan untuk mengambilnya, tapi aku tau Beliau harus meminjam uang sana-sini untuk membayar DP tersebut. aku tak tega... lebih baik aku berusaha di SIMAK, UMB dan SNMPTN.

Tidak diambilnya PMDK benar-benar membuat hidup penuh kerja keras, penuh celaan, dan jatuh-bangun harus dilalui. Aih, jadi ingat saat pihak sekolah mengetahui aku tidak mengambil PMDK aku harus di panggil kepala sekolah, kena omel didepan pegawai-pegawai TU, belum lagi teman-teman yang selalu bilang,"ya ampun lu jee,,, mendingan buat gw" atau menakuti-nakuti dengan berkata,"Kasihan adek kelas jee...". Memang sih rasa bersalah pasti ada tapi bagaimana lagi??? aku gak tega ngeliat wajah murung ibuku saat tau harus membayar 20 Juta. Hari demi hari biar saja orang bilang apa yang penting aku fokus pada keinginanku yang sudah terkotori yaitu "KIMIA UI".
Perjuangan tak terlupakan... aku di tolak Kimia UI 3 kali! di UMB, SIMAK, dan SNMPTN. Kau tau?? dalam sehari aku bisa ikut bimbel 3 macam (BTA, Pelajaran tambahan dari sekolah di pagi hari, dan Nurul Fikri), di angkot masih berkutik dengan buku, pulang ke rumah masih sama buku, tidur pun sama buku, semua sama buku. Soal-soal yang ku kumpulkan sudah 2 kardus. semua di kerjakan. Tipe belajarku memang berbeda. Di saat NF biasanya temen-temenku belajar bersama, tapi aku bukan tipe yang bisa belajar dengan banyak orang, sebenarnya belajar di tengah keramaian bisa, namun keramaian itu bukan sedang membahas hal yang sama.

Euphoria PTN ini benar-benar membuat galau. aku menghentikan semua organisasi-organisasiku. semua ku fokuskan belajar. tapi sungguh ini membuat semakin galau. Try out - try out biasa saja... targetku masih jauh.. kalau dikalkulasikan baru bisa mencapai Biologi UI sedangkan Kimia UI itu ratingnya lebih jauh. Melihat kondisi ini, aku mulai jenuh. Dan mencoba merenung... mungkin ada yang salah dengan diriku. Setelah berjalan hampir setengah semester aku putuskan untuk kembali lagi pada organisasiku. Mencoba memulai kembali rapat KAPMI *walau sebenarnya bingung ni lagi ngebahas apa... memulai kembali menemani adik-adik ROHISku. Semua ku anggap normal seperti tidak ada UAN, tidak ada ujian PTN. Jadi teringat kembali, saat esok hari UAN, sore harinya aku masih di rumah Dina-adik rohisku untuk datang rapat membahas seminar Untold History. Kami tertawa lepas, tidak peduli dengan hari esok yang penting seminar ini lancar. Sama saat menjelang SNMPTN juga, aku lebih banyak berkecimbung di organisasi dibanding belajar. Belajar ditempatkan di waktu senggang. Hahaha... Organisasi lebih mendekatkan diriku pada Allah dibanding belajar... *ingat, ini tipeku.. tiap orang punya tipe berbeda...

Hari SNMPTN di depan mata, ini adalah kesempatan terakhirku agarku bisa mendapatkan Kimia UI... UMB dan SIMAK sudah lewat dengan hasil nol. Sekarang aku belum keterima dimana-mana.. dan celaan semakin dalam,"Nahh.. sukur looh PMDK IPB gak diambil sihh.. kena kan batunya ampe sekarang belum dapet apa-apa" (Pada saat ini, temen-temenku yang ambil PMDK lagi pada materikulasi). Di tambah ibu yang semakin pasrah,"Keterima di UIN juga gapapa wii...". Lain halnya dengan ayahku, Beliau lebih pasrah,"Daftar di UMJ aja ya??".. tidak bermaksud merendahkan PTS atau PTN lain, tapi memang seperti inilah keadaan sebenarnya, rating perguruan tinggi sangat diperhatikan.

Hari ini adalah hari pertama SNMPTN, aku di tempatkan di salah satu SMA di jakarta Timur *lupa dimana. Bel berbunyi, tanda peserta ujian harus memasuki ruangan. Hari pertama adalah pelajaran TPA (Tes Potensi akademik *kalau gak salah, lupa parah nih), Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Tidak tahu kenapa soal-soal tersebut terlihat susah. Jujur, selesai mengerjakan itu aku murung. Untungnya saat pulang dari sekolah itu, Aqilah-teman MAN, mengajak untuk pulang bareng bersama mobilnya. Hujan rintik-rintik sangat menggambarkan keraguan dalam hati ini, semua rasa takut muncul saat itu juga, bayang-bayang buruk gagal di SNMPTN, celaan teman-teman, dan wajah kecewa keluarga membuat mata ini tak sanggup menahan lagi. Aku menangis dalam sunyi di mobil itu tanpa seorang pun yang tau, namun aku jadi teringat kata-kata guruku,"Berdoalah disaat hujan, karena saat itu malaikat sedang turun dan semoga mereka ikut mengaminkannya". Aku berdoa... "Ya Allah, berikanlah aku yang terbaik menurut-Mu"..

Keesokannya hari kedua, Ujian MIPA. Hari itu hujan rintik-rintik lagi. Sebelum berangkat aku jadi ingat dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda:
“Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali di dalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo’a, ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia infakkan)’. Sedang yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya)’.”

Pagi itu aku memang sudah berniat menginfakkan sedikit hartaku sambil memohon harap malaikat tersebut ikut membantu mengaminkan do'aku. Pada akhirnya, walau aku belum bertemu kotak amal sampai sore tiba, aku tetap menyimpannya untuk diamalkan, pikirku saat pagi itu,"Kan yang penting niatnya amal pagi, realisasinya gak pagi juga gapapa yang penting niatnya pagi. Tolong bantuannya yaaa ya Allah," aamiin.

Teeeenngg!!!!... Tanda peserta harus masuk kelas. Aku kira, hari ini sama seperti hari pertama, Para peserta harus mengisi dulu kolom data pribadi, setelah bel kedua berbunyi peserta baru boleh membuka soal, ternyata enggak! bel kedua gak adaaa.. aarrghh... para peserta udah pada ngerjain bernomor-nomor sedangkan aku baru mau buka soal.. errrrr! *tadi cuma bengong nunggu bel kedua.
Seperti biasaa,, aku buka-buka dulu soal-soalnya... lembar awal-awal itu matematika IPA, aku bengong aja. degg! sadar, Kok soal ini pernah liat ya?? dimana yaa?? buka lembar soal Fisika, bengong lagi, EH? ini kayak pernah liat. Lembar Kimia dibuka, INI juga!!!. Jujur ya, waktu awal-awal tau kalau tuh soal dan keadaan aku ujian itu seperti pernah berlangsung (*Red: De javu) aku bukannya ngerjain soal malah nangis. Nangis karena bersyukur, bahwa aku merasa Allah sedang berada dekat disitu menemaniku ujian. Sepanjang ngerjain soal mulutku cuma tasbihan dan tahmid-an. Mata masih berkaca-kaca. bayang-bayang yang paling jelas tuh Matematika IPA, waktu ngerjain itu, aku cuma nyontrang-nyontreng doang. Selanjutnya baru coba ngerjain dan nyocokin, jawaban yang aku liat di Dejavu sama jawaban ngerjain pake cara itu ternyata sama. Alhamdulillah, Matematika IPA lancar. Kimia juga lancar. yang ngadet itu Fisika ama Biologi, bayang-bayangnya buram, jadi beberapa nomor dipilih berdasarkan Dejavu, Ilmu, dan Feeling..
Pilihan pertama Kimia UI dan Pilihan kedua Kimia IPB, ku serahkan padaMu, karena Engkaulah pemegang Qodho dan Qodar, segala puji bagi-Mu ya Robb..

Beberapa minggu kemudian....................................................
Pengumuman SNMPTN tiba, aku lagi nginep di rumah kakak kandungku di Purwakarta sedangkan aku gak bawa kartu SNMPTN. Anak-anak lain udah pada tau hasilnya. Aku harus menunggu 1 hari, karena baru besok aku pulang ke Tangerang. Sebelum tau hasilnya, temen-temenku udah pada sms,"djeee,, selamat yaa.. keterima SNMPTN, tapi gak tau keterima dimananya". Karena rasa penasaran, sampai rumah langsung buka website SNMPTN, dan Alhamdulillaah... SELAMAT ANDA DITERIMA DI KIMIA IPB
Ibuku langsung memelukku, dalam hatiku berkata,"Mama...aku udah ngebuktiin kalau aku berhasil dapat PTN bagus". Selang beberapa minggu pengumuman UIN keluar, alhamdulillah aku keterima di UIN jurusan yang sama Kimia UIN.

mungkin kisah ini adalah kisah yang biasa terjadi, tapi aku akan memberitahukan kalian letak keistimewaannya yang baru aku sadari beberapa bulan yang lalu, ayo kita Flashback ke masa kecilku.....

Waktu ku TK sampai MI, tiap sebelum tidur aku selalu berdo'a, "ya Allah, aku ingin kuliah di IPB, kuucapkan itu 3 kali sebelum tidur." Alasan waktu aku kecil untuk kuliah di IPB sangat polos, karena aku suka tanaman, aku suka pohon, aku suka sawah, aku suka petani, dan aku merasa IPB itu kampus yang banyak pohon.

Lulus MI, aku melanjutkan ke MtsN, Kampus yang aku inginkan sudah mulai berubah-ubah karena kondisi lingkungan dan rasa 'gengsi'. Tapi keinginan lanjut ke IPB tetap kuat.

Lulus MtsN, aku ingin melanjutkan ke SMAKBO (sekolah menengah analisis kimia bogor) karena aku dengar darisana bisa keterima di IPB tanpa test, sehingga bisa melanjutkan studi dari SMAKBO ke Kimia IPB. tapi sayang, H-1 test tertulis aku keracunan obat, ntah mal praktek atau bukan, tapi yang pasti badanku panas gak karuan. Panasnya parah. aku gak bisa test. Kandas sudah... Akhirnya aku lanjut ke Man. Di Man, otakku kecuci... IPB seperti bukan tujuanku lagi. Di sekolah, tempat bimbel, kelas, dilingkungan itu pokoknya selalu PTN-PTN ternama yang di lebih-lebihkan seperti ITB, UI, UGM, STAN, dll. ditambah orangtuaku yang terus-terusan nyuruh aku ke STAN seperti kakakku...
tapi takdir berkata lain, Allah lebih tau keinginan suciku, keinginan yang belum terkotori oleh rasa gengsi. Allah tau yang terbaik bagiku. Di banyaknya orang menginginkan IPB, IPB membuka pintunya dua kali untukku.
Banyak jalan menuju Roma, Banyak Jalan menuju IPB, Banyak Jalan menuju PTN yang kau inginkan...

Dari Kisahku ini ingin kuberitahu sesuatu,
Kawan, Dikala kita mulai berhenti berdakwah karena alasan akademik tak terbayangkah kalian wajah-wajah teman kita yang sebenarnya juga ingin belajar tapi tak bisa karena dia khawatir siapa lagi yang akan menjaga islam di Bumi ini?? Jangan menjadi diriku yang pertama... Jadilah dirimu yang tawazun/seimbang antara kebutuhanmu di langit dan di bumi...

Kawan, Dikala banyaknya aktivis yang berhenti/cuti karena akademik dan hanya sedikit yang terus bertahan, tak maukah kamu menjadi yang sedikit itu? kalau tak mau, kenapa alasannya?? tak yakinkah kau pada janji Allah pada surat Muhammad (47) ayat 7 yang berbunyi,"Wahai orang-orang yang beriman! jika kamu menolong agama Allah niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".. Sekali lagi, jangan jadi diriku yang pertama...

Kawan, "Berani dan Beranilah bermimpi besar...Tuliskan 100 impian yang kau inginkan di kertas, tulis dengan tulisan besar yang bisa terlihat dari jauh, tempel di dinidng, agar kau bisa selalu ingat mimpi-mimpimu dan berjuanglah untuk mewujudkannya dengan sepenuh hati. Mungkin suatu hari nanti, kamu akan melihat kertas itu akan penuh coretan karena ALLAH telah berkenan agar kamu dapat mencapainya". ust.Aris Ahmad jaya-dengan sedikit tambahan *yang miring tambahan dari rahma

Kawan, Jika kau suatu hari nanti punya anak, suruhlah anakmu itu bermimpi sejak masih kecil. Suruh ia berdoa tanpa henti sejak masih kecil, karena kau pasti tahu. anak kecil belum memiliki dosa. dan Dosa adalah penghalang do'a-d'oa kebanyakan manusia.

Kawan, Ketika kamu menemui kegagalan janganlah berputus asa seperti diriku, seperti yang kukatakan pada paragraf sebelumnya,"Banyak jalan menuju Roma"... semua akan baik-baik asal kamu perlakukan kegagalan dengan baik-baik.

Kawan, mau seburuk apapun perilaku orangtua kita kepada kita, janganlah kamu sekali-kali menyalahkan perbuatannya... jangan seperti diriku... Sungguh kesabaran dan kesyukuran itu lebih baik. ku jadi ingat kisahku, saat Beliau mengomeliku perihal kegiatanku menjadi ADS di sekolah, aku hanya diam dan meminta maaf, lalu kubuka Al-qur'anku.. ku baca ayat-ayat dan terjemahannya, dan disitu tertulis (*maav aku lupa ayat dan suratnya tapi aku masih ingat beberapa kata): Sesungguhnya mereka tidak tahu, dan tetaplah kamu dijalanmu. dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun >> Untuk teman-teman yang tahu surat dan ayat berapa ini, tentu dengan sangat berterimakasih aku akan menerimanya.. :)

Kawan, terimakasih kamu masih mau menyempatkan waktumu untuk membaca kisah yang biasa ini. Ku hanya bisa berharap ada beberapa manfaat yang bisa kamu tangkap dari yang kuceritakan walau sedikit. Pintu perbaikan dari kalian sangat kuharapkan sekali...
Ku hanya seorang hamba yang mencoba mengumpulkan pahala dari sebuah tulisan agar ku bisa bertemu dengan Allah, rasul, dan orang-orang yang kusayangi dalam kondisi yang membahagiakan..
Jazakumullaah khairon katsiron...

Minggu, 17 April 2011. 3:30 Am...

Kampus tercintaku...

No comments:

Post a Comment