|
Semua makhluk sosial di muka bumi terdiri
dari dua kategori; dewasa dan belum dewasa. Maksud dewasa disini adalah
bagaimana cara berpikir dalam menentukan antara haq atau bathil, antara positif
atau negatif, dan antara surga atau neraka. Umur yang tua belum tentu lebih
dewasa. Umur bukan indikator yang tepat dalam menilai kedewasaan seseorang. Menuju
kedewasaan adalah proses. Saat sudah dewasa pun proses masih berlangsung. Tapi
kebanyakan orang selalu tidak sabar dengan proses, kenapa???
Yup, memang ada banyak faktor atas ketidaksabaran
dalam berproses. Tapi dalam artikel ini penulis lebih berfokus pada salah satu
sebab dari ketidaksabaran akan proses tersebut, yaitu kurangnya pembinaan
secara beriringan. Pembinaan secara beriringan disitu artinya pembinaan atas
diri sendiri dan oranglain yang berjalan seiringan.
Pernah dengar hukum newton III karya agung
dari Isaac Newton? Hukum Newton III yang berbunyi untuk setiap aksi selalu ada
reaksi yang arahnya berlawanan (Gabriel 1996). Membina pada dasarnya seperti
yang dikatakan Hukum Newton III, tapi fakta berkata lain adakalanya seorang
pembina yang sedang ber-aksi mendidik generasi muda merasa dirinya hanyalah
seorang pendidik dan tidak sadar akan
reaksi berlawanan yang mengarah pada dirinya yang menunjukkan bahwa sebenarnya
ia lebih sering dididik oleh binaannya. Karena faktor ‘tidak sadar’ itulah yang
membuat ia tidak sabar dalam mendidik dan selalu melihat tidak adanya
keuntungan yang didapat. Fenomena tersebut akan banyak dijumpai pada medan
dakwah sekolah.
Bagaimana kondisi anak sekolah kekinian?
Pertanyaan ini tentu sangat mudah walaupun sambil menutup mata. Tapi ketika
ditanya berapa persentase anak
sekolah yang sudah dewasa dengan yang belum dewasa? Penulis yakin pertanyaan ini
sulit untuk dijawab bahkan diprediksi karena batasnya pengetahuan yang
diketahui, jangankan untuk tahu persentase,
jumlah sekolah yang ada didunia ini saja tidak tahu, sampel sekolah yang bisa
dikatakan tepat juga tidak tahu. Lalu dimanakah letak keurgensian dakwah
sekolah? Letak keurgensian dakwah sekolah ada di jawaban persentase tersebut.
Urgensi dalam membuat jawaban karena jawaban itu belum ada dan harus
cepat-cepat di jawab sehingga membuat dominan pada salah satu kondisi, tentunya
kondisi positif, yang pada akhirnya akan menjawab pertanyaan tadi yaitu insya
Allah dengan bukti otentik, 100% anak sekolah berada pada kesadaran akan ibadah
dan kedewasaan dalam berperilaku. Pertanyaan lagi, mau berapa lama kita
menjawab pertanyaan persen tersebut? Bergerak dan cari tau dari sekarang...
Penulis tidak akan menyalahkan anak sekolah
ataupun seorang kakak atas kondisi negatif akhir-akhir ini. Tapi lebih kepada
dimana letak simbiosis mutualisme? Menurut
Kadaryanti 2006, simbiosis mutualisme adalah cara hidup bersama yang saling
menguntungkan antara dua individu makhluk hidup yang berlainan jenis. Jadi
bagaimana caranya seorang pendakwah dengan yang didakwahi bisa saling
bersimbiosis mutualisme? Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Seperti yang dikatakan pada paragraf diatas
tentang proses, anak sekolah juga sedang berproses. Dalam berproses sangat dibutuhkan seorang pengarah agar
prosesnya bisa berjalan dengan benar sama halnya jika sedang melakukan
praktikum harus ada pembimbing agar percobaan berhasil dengan benar. “Seseorang
yang menginginkan kesuksesan di dalam menuntut ilmu, kata Muhammad bin Shalih
Al-‘utsaimin (2010), tidak dapat melakukannya begitu saja, namun harus
mengikuti petunjuk dan bimbingan”.Untuk anak sekolah yang ingin sukses menuntut
ilmu, sukses dunia-akhirat, mulailah belajar bersama-sama dengan seorang pembimbing
yang pas buat kalian. Gali ilmu mereka sepuasnya mumpung gratis...
Lalu bagaimana dengan proses seorang
pembimbing? Dimana letak keuntungan dari membimbing walaupun tanpa dibayar?
Keuntungannya tersebut terlihat kecil tapi berdampak hebat. Bertambahnya umur
berbanding lurus dengan bertambahnya level masalah. Akan ada banyak problema,
bertemu dinamika kehidupan, terombang-ambing dinamika pemikiran, dan lain-lain.
Hal itu perlu pengalaman yang cukup agar bisa melewatinya. Kesabaran,
keikhlasan, hubungan sosial, keberanian, tanggung jawab, merupakan sedikit dari
banyak syarat kelulusan dalam menjalani kehidupan yang bisa didapatkan dari
seorang anak yang butuh bimbingan. Ada banyak cerita tentang golongan tua yang
terbantu oleh golongan muda, dan bonus
nya apalagi kalau bukan dengan pahala yang disodorkan Allah SWT.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang
selalu di rahmati dan dilindungi Allah SWT... aamiin ya robbal ‘alamin
Rahma Dwi Jayanti
3 Maret 2012, 11.00 PM, Tangerang Selatan
Daftar Pustaka
Gabriel JF. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta:
EGC
Kadaryanto S.Pd, et al. Biologi I. Jakarta: Yudhistira
Al-‘Utsaimin Muhammad bin Shalih. 2010.
Panduan Lengkap Menuntut Ilmu. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir
No comments:
Post a Comment