Pages

Saturday, June 23, 2012

Lingkaranku

Sebenarnya 'suatu hal' sudah kupikirkan sejak semester 3. 'Suatu hal' yang akan mengubah seluruh aktivitasku. Life is choice, bukan?! Yup...
Memilih apa, siapa, dan dimana...

Semester 4 aku kembali mengalihkan lingkaran ku ke Jakarta. Sebuah lingkaran baru dengan nuansa baru. Masih berharap, please jangan bawa-bawa partai, aku liqo untuk mengemban ilmu agama bukan bermain politik! Untung saja, tuhanku tahu segalanya...

Namanya ibu Tri, wanita yang sering menggunakan bergo panjang nan lebar saat kami mengaji, merupakan seorang dosen dibeberapa universitas. Mantan mahasiswi lulusan S1 di USU (medan) dan S2 di Malaysia ini memang merupakan seorang ibu dengan perawakan yang pantas disebut seorang ibu. Berbeda dengan murobbiku yang lalu-lalu, beliau tidak pernah memakai atribut-atribut kepartaian di depan kami. Ketika aku bertanya beliau tidak pernah menjawab "baca anu, itu.." atau "suatu saat kamu akan tau" dll. Beliau akan selalu menjawab sebisa beliau walau aku tau ada hal-hal tertentu yang beliau saring. Tapi itulah yang aku suka, pelayanan beliau semata-mata meminimalisir kemungkinan-kemungkinan sakit hati mutarobbinya, tercampurnya urusan politik dengan urusan materi keagamaan. Sangat halus....

Lingkaran kami memang tidak pernah tetap jumlah pesertanya. Apalagi dengan keragaman peserta yang teramat sangat dari ibu rumah tangga sampai mahasiswi semester 2 tentunya membuat beberapa dari mereka terkadang tidak bisa hadir di minggu-minggu tertentu. Lingkaran kami pun terbilang masih muda, kata Ibu, kami baru resmi menjadi lingkaran sekitar bulan Oktober 2011. Tadinya Ibu khawatir ketika aku masuk levelku terlalu tinggi. Karena melihat aku yang sudah liqo sekitar 4 tahn yang lalu. Sebenarnya buatku itu ga masalah, belajar itu kan bukan hanya menambah tapi juga mengulang. Lagipula aku pun jadi tidak terlalu bergantung pada liqo. Kembali belajar lagi tentang syahadat, tentang hadits arba'in, dll. Namun lebih dari itu, ada suatu hal yang buatku merasa lebih tenang karena tidak akan sering dimata-matai dan merasa mulai memaknai apa itu kerendahan hati. Aku juga jadi tau alasan kenapa Diam disebut Emas.
.....................................................................
Wahai kalian yang sudah menyandang gelar Murobbi sama halnya seperti aku, jangan pernah lukai mutarobbi dengan alasan urusan pribadi atau partai atau jamaah...
Juga tentang prioritas, ketika kita ingin mereka memprioritaskan liqo sebagai yang utama, sebaiknya kita sebagai murobbi juga memprioritaskan mereka menjadi yang utama. Jika masih belum bisa memprioritaskan mutarobbi sebagai yang utama, jangan pernah menyuruh mutarobbi memprioritaskan liqo... Bukankan semua murobbi berharap lingkarannya termasuk kategori muntijah?

Dan untuk murobbiku saat ini, teman-teman liqo' ku, Terimakasih...
Jazakumullah khairon katsiron..


No comments:

Post a Comment