Pages

Friday, August 10, 2012

SAYA DAN KACA SPION



0: 27, Ramadhon...

Wanita muda dengan lapisan seadanya, berjalan disepanjang jalan penuh cabang sambil bermodal sepasang kaca spion. Kiri dan kanan . . . kenapa ia membawa sepasang?? karena bayangan akan mendapatkan refleksi utuh ketika kita melihat dari dua sisi tersebut. . . Mungkin itu juga alasan kenapa tuhan menciptakan mata secara sepasang . . Kiri dan kanan . . . yup, penglihatan sempurna

Sebenarnya tulisan ini berupa tumpahan, dari segala emosi, airmata, senyuman, kebahagiaan, kebingungan, kegalauan, dan ini Doa...

Kamu muak??
"Ya, saya muak"
Dengan siapa?
"dengan diri saya, kamu, kalian, dan mereka"
Kenapa?
"Mengapa banyak orang yang yakin dengan sikapnya ketika ia hanya membawa 1 kaca spion?? bukan sepasang..."
?????????
"ini tentang partai, jamaah, dan lingkaran"

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
aku mulai melingkar kurang lebih 4 tahun yang lalu, tepatnya hari itu matahari sedang terik dan aku memilih berteduh di masjid tercinta dengan buku habiburrahman (sepertinya pudarnya pesona cleopatra) sambil menunggu seorang guru yang sedang berbincang-bincang. Tak jauh dari tempatku berleha, kulihat beberapa orang sedang melingkar dengan senyuman terindah, sedikit terdengar ternyata mereka sedang membicarakan tentang rohis.

"rahma, siniii... ayook ikutan", guruku memanggil, tangannya mengangguk-angguk tanda semangat.

"haa?? saya bu? laah... ngapain?? kan saya bukan rohis"

"gapapa... ikut aja.. daripada kamu sendirian ga jelas gitu di samping pintu", senyumnya makin sumringah

Tanpa berpikir yang aneh-aneh aku pun ikut melingkar, ikut sedikit memberi masukan, dan ikut tertawa-tawa... saat itulah untuk pertama kalinya aku merasakan manisnya melingkar, berjuang didalam rohis untuk Islam, karena Allah. Cukup itu saja . . .

Selang beberapa waktu kemudian, Allah memberikanku amanah sebagai kaput. lambat laun aku semakin mengerti. Oh Rohis itu ini toh, ooh murobbi aku partai ini tooh, ooh ini itu jamaah ini tooh, ooooooo . . . sip sip deeh . . Sebenarnya aku tidak terlalu mempersalahkan ketika memang ternyata berdampak baik apalagi visi misi kita sama yaitu Islam. Aku sering ikut kegiatan-kegiatan mereka, ikut organisasi yang katanya underground mereka (aku bilang katanya karena aku juga dapatnya dari omongan), dan ikut mengajak teman-teman yang lain juga. Semua berjalan baik-baik saja karena bagiku ini masih sekadarnya alias tidak berlebih-lebihan.

Permulaan menginjakkan kaki ke kampus pun aku semakin semangat, semakin mengerti tentang jamaah, semakin ingin menegakkan Islam.. Wah pokoknya semangat mantablah. Namun, bak anak bayi yang semakin hari semakin ingin tahu, kata-kata "kok?" mulai menghantui, dahi mulai mudah mengernyit, "tek-tek-tek.. tek-tek-tek", suara mouse semakin sering menekan search. Tapi pertanyaan-pertanyaan yang mengalir di neuron sering tidak bekerja sama dengan bibir alias tetap diam, karena aku pernah mencoba bertanya pada beberapa orang dan dijawab, "nanti kamu juga bakal tau . . " atau "baca ini, ono, itu, anu". atau semacamnya. Sebel sih, ya tetep khusnudzon lah yak.

Ketika melingkar di kampus pun murobbiku lebih terbuka, ia tenang-tenang saja menggunakan atribut partai didalam kampus sembari mengisi liqo', merasa biasa saja ketika menjarkom tentang apel pagi, ulangtahun partai dan sebagainya bahkan menggunakan judul -ta'limat-, dan lain-lain. Aku tidak menggolongkan itu salah karena bisa saja menurut murobbiku dan beberapa temanku itu sah. Namun, aku hanya merasa tidak nyaman. Tidak merasakan manis yang dahulu . . dan kenyamanan itu memang tergantung individunya. Aku menangkap, mungkin mengkomunikasikannya saja yang belum pas. Dan ketidaknyamanan tersebut bukan berarti aku benci dengan partainya.

Seketika, pernah ku bayangkan ketika semua partai seperti itu... Mungkin masjid tercintaku akan dipenuhi atribut-atribut partai, mulutnya bermimikan partai. Sejujurnya, bagiku akan lebih indah, ketika segerombolan muslim berada didalam masjid maka itu akan menjadi satu warna, yaitu Muslim. Allahu robbi, Allahu robbukum. Allahu robbuna . . . Allah menyatukan kita.

Selain itu, aku jadi tidak bersemangat melingkar. Kangeeen sekali dengan lingkaran sekolah. Kangeeeen ama murobbiku dulu. Kangeeeeen ama teman seperjuangan dulu. Sampai saat huruf ini terpantul pada layar pun, kangen ini belum hilang. Aku yang masih dalam kesedihan dan rindu yang mendalam, sebuah ntah aku harusnya menyebutnya apa, dari ketikan salah seorang sahabat yang sangat panjang, membuat hati ini bisa dikatakan berdarah padahal saat itu aku juga tidak tau salahku apa, sedikit kutipan "Mungkin ketika jamaah ini terkena fitnah/musibah, pasti anti yang akan keluar duluan".

JLEB! Kata-kata itu tetap berhasil membuat tombol-tombol ini basah sampai sekarang . . . Belum lagi omongan-omongan dari saudara sendiri, prasangka-prasangka. Jadi, Pindah tempat namun tetap satu genangan adalah hal yang ingin segera aku lakukan. Disini bukan tempat aku. Aku tegaskan, bukannya aku benci, tapi aku hanya tidak suka yang terlalu berlebihan, dan aku sebisa mungkin memanajemen sakit hati.

Ternyata, hal seperti itu pula yang menyebabkan banyak teman-temanku di daerah lain bubar. Mosi tidak percaya tersebar. Omongan ini-itu menyebar. Kebanyakan mereka kecewa dan sakit berawal dari lingkarannya dan disisi lain penyebab seorang saudara keluar pun juga karena saudaranya sendiri. Sedih ya . . . Dari situ aku jadi sering termenung. Aku harus bagaimana??? Apalagi kondisi hati juga masih ada goresan. Takut mempengaruhi intonasi kata-kataku, Aku memilih diam pada mereka juga mengambil perkataan umar ra. (tolong dikoreksi jika keliru) "ketika kita tidak memberikan manfaat maka janganlah menyakiti".

Saat ini, aku sedang melihat dari dua spion. Alasan temanku yang suka dan alasan temanku yang tidak suka. Sikap seperti apa yang seharusnya di gunakan, evaluasi dari kedua pihak, celoteh mereka, belajar untuk se adil mungkin pada kedua belah pihak walau kadang mau gak mau jadi korban, belajar untuk ala kadarnya alias tidak berlebihan, menempatkan sesuatu pada momen yang tepat, dan jujur menjadi dasar hubungan. Di lain pihak, sebenarnya dahi masih mengernyit karena keduanya merasa benar dalam bersikap. Yang berlebihan merasa benar dan yang sakit hati merasa benar. Pertanyaanku, sudah seyakin apa tentang kebeningan spion aku, kamu, mereka dan kalian??? sudah sepasang atau masih satu sisi?? sudah dibersihkan atau masih berdebu?.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tidak terasa, 3 tahun sudah ku menjadi kakak asuh. Punya mantan lingkaran 2 yang sekarang sudah menyebar kemana-mana. Ada yang dekat dan ada yang jauuh tapi tak pernah kehilangan harap agar aku bisa menghubungi. Ada yang sekarang malah jadi adek kakak, curhat bareng, ngambek bareng, punya masalah dibahas bareng, kangen-kangenan bareng.Kakak atau murobbi atau sbg nya memang manusia. Kejujuranku pun aku utamakan untuk adek-adekku..

Saat VMJ datang pun, orang pertama yang tau adalah adekku. Kenapa? karena aku ingin mengajarkan apa yang ada dalam kisah Rasul dan sahabat, juga ingin mencoret peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelangga". Kakak-adek itu saling menasehati dan dinasehati, mengingati dan diingati, dan kakak memang sebisa mungkin membuat adeknya lebih baik. Kakak Juga tidak harus selalu keliatan lebih baik didepan adek. Aku selalu jujur dari awal tentang apa dan siapa lingkaran ini, mau dibawa kemana lingkaran ini oleh aku, dan sedikit kelebihan+kelemahanku sebagai bumbu awal suatu hubungan.
Pintu yang dibuka lebih dahulu membuat orang tidak segan berkunjung bukan??

Untuk kakak-kakak yang membaca ini, minta tolong di jaga ya hati adek-adeknya. . .
Kualitas itu lebih penting daripada kuantitas . . .

Ikatan hati itu lahir dari ketulusan pada suatu hubungan. Kejujuran pada kekurangan . . .
Penuh cinta karena Allah,
Mohon maaf lahir dan batin yaa. . .


Rahma, dalam nuansa jingga, di bulan cahaya.
11.08.12

Saturday, June 23, 2012

Jilbab Paris

Juni adalah langkah awal bagi terciptanya inspirasi-inspirasi. Dan inspirasi itu memulai gerakannya dari Paris...

Senja itu, mama baru tiba dari tanahnya abang-abang yang sering disebut tanah abang. Bajunya yang sedikit basah karena keringat masih terlihat dan tangannya yang penuh membawa kantong plastik hitam nan besar seakan-akan berbicara pada ku bahwasanya mamaku ini sudah menelisik jauh tanah abang demi mencari barang-barang super murah yang bagus. Pasar besar yang satu ini memang susah dikalahkan apalagi untuk manusia pengemban shopaholic, bahkan sederet list barang keperluan yang sudah dipersiapkan di rumah guna melawan nafsu belanja lebih sering terkalahkan oleh giuran-giuran diskon dan mulut manis abang-abang tanah abang. Seperti disana memang ada hawa-hawa horor yang mengundang kita berlama-lama dan tanpa sadar menghabiskan isi kantong. Bisa jadi, hawa itu pula yang membuat mama memborong sebanyak 20 buah jilbab berbahan paris beraneka warna dengan alasan "murah banget". Huft, lagi-lagi alasan itu... --"



Lingkaranku

Sebenarnya 'suatu hal' sudah kupikirkan sejak semester 3. 'Suatu hal' yang akan mengubah seluruh aktivitasku. Life is choice, bukan?! Yup...
Memilih apa, siapa, dan dimana...

Semester 4 aku kembali mengalihkan lingkaran ku ke Jakarta. Sebuah lingkaran baru dengan nuansa baru. Masih berharap, please jangan bawa-bawa partai, aku liqo untuk mengemban ilmu agama bukan bermain politik! Untung saja, tuhanku tahu segalanya...

Namanya ibu Tri, wanita yang sering menggunakan bergo panjang nan lebar saat kami mengaji, merupakan seorang dosen dibeberapa universitas. Mantan mahasiswi lulusan S1 di USU (medan) dan S2 di Malaysia ini memang merupakan seorang ibu dengan perawakan yang pantas disebut seorang ibu. Berbeda dengan murobbiku yang lalu-lalu, beliau tidak pernah memakai atribut-atribut kepartaian di depan kami. Ketika aku bertanya beliau tidak pernah menjawab "baca anu, itu.." atau "suatu saat kamu akan tau" dll. Beliau akan selalu menjawab sebisa beliau walau aku tau ada hal-hal tertentu yang beliau saring. Tapi itulah yang aku suka, pelayanan beliau semata-mata meminimalisir kemungkinan-kemungkinan sakit hati mutarobbinya, tercampurnya urusan politik dengan urusan materi keagamaan. Sangat halus....

Lingkaran kami memang tidak pernah tetap jumlah pesertanya. Apalagi dengan keragaman peserta yang teramat sangat dari ibu rumah tangga sampai mahasiswi semester 2 tentunya membuat beberapa dari mereka terkadang tidak bisa hadir di minggu-minggu tertentu. Lingkaran kami pun terbilang masih muda, kata Ibu, kami baru resmi menjadi lingkaran sekitar bulan Oktober 2011. Tadinya Ibu khawatir ketika aku masuk levelku terlalu tinggi. Karena melihat aku yang sudah liqo sekitar 4 tahn yang lalu. Sebenarnya buatku itu ga masalah, belajar itu kan bukan hanya menambah tapi juga mengulang. Lagipula aku pun jadi tidak terlalu bergantung pada liqo. Kembali belajar lagi tentang syahadat, tentang hadits arba'in, dll. Namun lebih dari itu, ada suatu hal yang buatku merasa lebih tenang karena tidak akan sering dimata-matai dan merasa mulai memaknai apa itu kerendahan hati. Aku juga jadi tau alasan kenapa Diam disebut Emas.
.....................................................................
Wahai kalian yang sudah menyandang gelar Murobbi sama halnya seperti aku, jangan pernah lukai mutarobbi dengan alasan urusan pribadi atau partai atau jamaah...
Juga tentang prioritas, ketika kita ingin mereka memprioritaskan liqo sebagai yang utama, sebaiknya kita sebagai murobbi juga memprioritaskan mereka menjadi yang utama. Jika masih belum bisa memprioritaskan mutarobbi sebagai yang utama, jangan pernah menyuruh mutarobbi memprioritaskan liqo... Bukankan semua murobbi berharap lingkarannya termasuk kategori muntijah?

Dan untuk murobbiku saat ini, teman-teman liqo' ku, Terimakasih...
Jazakumullah khairon katsiron..


Saturday, March 3, 2012

Dimana Letak Urgensi Dakwah Sekolah?


http://mentoringku.wordpress.com/2011/06/08/urgensi-tarbiyah-bagi-wanita-muslimah/
 Semua makhluk sosial di muka bumi terdiri dari dua kategori; dewasa dan belum dewasa. Maksud dewasa disini adalah bagaimana cara berpikir dalam menentukan antara haq atau bathil, antara positif atau negatif, dan antara surga atau neraka. Umur yang tua belum tentu lebih dewasa. Umur bukan indikator yang tepat dalam menilai kedewasaan seseorang. Menuju kedewasaan adalah proses. Saat sudah dewasa pun proses masih berlangsung. Tapi kebanyakan orang selalu tidak sabar dengan proses, kenapa???
Yup, memang ada banyak faktor atas ketidaksabaran dalam berproses. Tapi dalam artikel ini penulis lebih berfokus pada salah satu sebab dari ketidaksabaran akan proses tersebut, yaitu kurangnya pembinaan secara beriringan. Pembinaan secara beriringan disitu artinya pembinaan atas diri sendiri dan oranglain yang berjalan seiringan.
Pernah dengar hukum newton III karya agung dari Isaac Newton? Hukum Newton III yang berbunyi untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang arahnya berlawanan (Gabriel 1996). Membina pada dasarnya seperti yang dikatakan Hukum Newton III, tapi fakta berkata lain adakalanya seorang pembina yang sedang ber-aksi mendidik generasi muda merasa dirinya hanyalah seorang pendidik dan tidak sadar  akan reaksi berlawanan yang mengarah pada dirinya yang menunjukkan bahwa sebenarnya ia lebih sering dididik oleh binaannya. Karena faktor ‘tidak sadar’ itulah yang membuat ia tidak sabar dalam mendidik dan selalu melihat tidak adanya keuntungan yang didapat. Fenomena tersebut akan banyak dijumpai pada medan dakwah sekolah.
Bagaimana kondisi anak sekolah kekinian? Pertanyaan ini tentu sangat mudah walaupun sambil menutup mata. Tapi ketika ditanya berapa persentase anak sekolah yang sudah dewasa dengan yang belum dewasa? Penulis yakin pertanyaan ini sulit untuk dijawab bahkan diprediksi karena batasnya pengetahuan yang diketahui, jangankan untuk tahu persentase, jumlah sekolah yang ada didunia ini saja tidak tahu, sampel sekolah yang bisa dikatakan tepat juga tidak tahu. Lalu dimanakah letak keurgensian dakwah sekolah? Letak keurgensian dakwah sekolah ada di jawaban persentase tersebut. Urgensi dalam membuat jawaban karena jawaban itu belum ada dan harus cepat-cepat di jawab sehingga membuat dominan pada salah satu kondisi, tentunya kondisi positif, yang pada akhirnya akan menjawab pertanyaan tadi yaitu insya Allah dengan bukti otentik, 100% anak sekolah berada pada kesadaran akan ibadah dan kedewasaan dalam berperilaku. Pertanyaan lagi, mau berapa lama kita menjawab pertanyaan persen tersebut? Bergerak dan cari tau dari sekarang...
Penulis tidak akan menyalahkan anak sekolah ataupun seorang kakak atas kondisi negatif akhir-akhir ini. Tapi lebih kepada dimana letak simbiosis mutualisme? Menurut Kadaryanti 2006, simbiosis mutualisme adalah cara hidup bersama yang saling menguntungkan antara dua individu makhluk hidup yang berlainan jenis. Jadi bagaimana caranya seorang pendakwah dengan yang didakwahi bisa saling bersimbiosis mutualisme? Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Seperti yang dikatakan pada paragraf diatas tentang proses, anak sekolah juga sedang berproses. Dalam berproses  sangat dibutuhkan seorang pengarah agar prosesnya bisa berjalan dengan benar sama halnya jika sedang melakukan praktikum harus ada pembimbing agar percobaan berhasil dengan benar. “Seseorang yang menginginkan kesuksesan di dalam menuntut ilmu, kata Muhammad bin Shalih Al-‘utsaimin (2010), tidak dapat melakukannya begitu saja, namun harus mengikuti petunjuk dan bimbingan”.Untuk anak sekolah yang ingin sukses menuntut ilmu, sukses dunia-akhirat, mulailah  belajar bersama-sama dengan seorang pembimbing yang pas buat kalian. Gali ilmu mereka sepuasnya mumpung gratis...
Lalu bagaimana dengan proses seorang pembimbing? Dimana letak keuntungan dari membimbing walaupun tanpa dibayar? Keuntungannya tersebut terlihat kecil tapi berdampak hebat. Bertambahnya umur berbanding lurus dengan bertambahnya level masalah. Akan ada banyak problema, bertemu dinamika kehidupan, terombang-ambing dinamika pemikiran, dan lain-lain. Hal itu perlu pengalaman yang cukup agar bisa melewatinya. Kesabaran, keikhlasan, hubungan sosial, keberanian, tanggung jawab, merupakan sedikit dari banyak syarat kelulusan dalam menjalani kehidupan yang bisa didapatkan dari seorang anak yang butuh bimbingan. Ada banyak cerita tentang golongan tua yang terbantu oleh golongan muda, dan bonus nya apalagi kalau bukan dengan pahala yang disodorkan Allah SWT.

Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang selalu di rahmati dan dilindungi Allah SWT... aamiin ya robbal ‘alamin

Rahma Dwi Jayanti
3 Maret 2012, 11.00 PM, Tangerang Selatan 

Daftar Pustaka
Gabriel JF. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Kadaryanto S.Pd, et al. Biologi I. Jakarta: Yudhistira
Al-‘Utsaimin Muhammad bin Shalih. 2010. Panduan Lengkap Menuntut Ilmu. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir

Saturday, February 11, 2012

Valentine's day or Tutup-Aurat's day.. Which one??

Sumber Foto :http://images02.olx.co.id/ui/11/39/73/1303954707_193083673_2-Di-jual-Murah-Tanah-Subur-Malang.jpg
Sengaja aku menggunakan kata penghubung or disitu karena aneh kalo ngelaksanain keduanya. kontras banget.
Valentine's day keseharian kita akan penuh dengan , ketemu pacar, candle night dinner, atau yang ga mikir alias dodol adalah seks bebas.
tapi kalau tutup aurat's day berarti bisa kita isi dengan tutup aurat, bagiin jilbab ke panti asuhan, panti jompo, dan lain-lain.
dua-duanya ada persamaan kok.. sama-sama mengandung kasih sayang. Perbedaan terletak pada aplikasi dan object nya. (Lo ga mungkin nyuruh cowok lo pake jilbab kan?!?!)