0: 27, Ramadhon...
Wanita muda dengan lapisan seadanya, berjalan disepanjang jalan penuh cabang sambil bermodal sepasang kaca spion. Kiri dan kanan . . . kenapa ia membawa sepasang?? karena bayangan akan mendapatkan refleksi utuh ketika kita melihat dari dua sisi tersebut. . . Mungkin itu juga alasan kenapa tuhan menciptakan mata secara sepasang . . Kiri dan kanan . . . yup, penglihatan sempurna
Sebenarnya tulisan ini berupa tumpahan, dari segala emosi, airmata, senyuman, kebahagiaan, kebingungan, kegalauan, dan ini Doa...
Kamu muak??
"Ya, saya muak"
Dengan siapa?
"dengan diri saya, kamu, kalian, dan mereka"
Kenapa?
"Mengapa banyak orang yang yakin dengan sikapnya ketika ia hanya membawa 1 kaca spion?? bukan sepasang..."
?????????
"ini tentang partai, jamaah, dan lingkaran"
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
aku mulai melingkar kurang lebih 4 tahun yang lalu, tepatnya hari itu matahari sedang terik dan aku memilih berteduh di masjid tercinta dengan buku habiburrahman (sepertinya pudarnya pesona cleopatra) sambil menunggu seorang guru yang sedang berbincang-bincang. Tak jauh dari tempatku berleha, kulihat beberapa orang sedang melingkar dengan senyuman terindah, sedikit terdengar ternyata mereka sedang membicarakan tentang rohis.
"rahma, siniii... ayook ikutan", guruku memanggil, tangannya mengangguk-angguk tanda semangat.
"haa?? saya bu? laah... ngapain?? kan saya bukan rohis"
"gapapa... ikut aja.. daripada kamu sendirian ga jelas gitu di samping pintu", senyumnya makin sumringah
Tanpa berpikir yang aneh-aneh aku pun ikut melingkar, ikut sedikit memberi masukan, dan ikut tertawa-tawa... saat itulah untuk pertama kalinya aku merasakan manisnya melingkar, berjuang didalam rohis untuk Islam, karena Allah. Cukup itu saja . . .
Selang beberapa waktu kemudian, Allah memberikanku amanah sebagai kaput. lambat laun aku semakin mengerti. Oh Rohis itu ini toh, ooh murobbi aku partai ini tooh, ooh ini itu jamaah ini tooh, ooooooo . . . sip sip deeh . . Sebenarnya aku tidak terlalu mempersalahkan ketika memang ternyata berdampak baik apalagi visi misi kita sama yaitu Islam. Aku sering ikut kegiatan-kegiatan mereka, ikut organisasi yang katanya underground mereka (aku bilang katanya karena aku juga dapatnya dari omongan), dan ikut mengajak teman-teman yang lain juga. Semua berjalan baik-baik saja karena bagiku ini masih sekadarnya alias tidak berlebih-lebihan.
Permulaan menginjakkan kaki ke kampus pun aku semakin semangat, semakin mengerti tentang jamaah, semakin ingin menegakkan Islam.. Wah pokoknya semangat mantablah. Namun, bak anak bayi yang semakin hari semakin ingin tahu, kata-kata "kok?" mulai menghantui, dahi mulai mudah mengernyit, "tek-tek-tek.. tek-tek-tek", suara mouse semakin sering menekan search. Tapi pertanyaan-pertanyaan yang mengalir di neuron sering tidak bekerja sama dengan bibir alias tetap diam, karena aku pernah mencoba bertanya pada beberapa orang dan dijawab, "nanti kamu juga bakal tau . . " atau "baca ini, ono, itu, anu". atau semacamnya. Sebel sih, ya tetep khusnudzon lah yak.
Ketika melingkar di kampus pun murobbiku lebih terbuka, ia tenang-tenang saja menggunakan atribut partai didalam kampus sembari mengisi liqo', merasa biasa saja ketika menjarkom tentang apel pagi, ulangtahun partai dan sebagainya bahkan menggunakan judul -ta'limat-, dan lain-lain. Aku tidak menggolongkan itu salah karena bisa saja menurut murobbiku dan beberapa temanku itu sah. Namun, aku hanya merasa tidak nyaman. Tidak merasakan manis yang dahulu . . dan kenyamanan itu memang tergantung individunya. Aku menangkap, mungkin mengkomunikasikannya saja yang belum pas. Dan ketidaknyamanan tersebut bukan berarti aku benci dengan partainya.
Seketika, pernah ku bayangkan ketika semua partai seperti itu... Mungkin masjid tercintaku akan dipenuhi atribut-atribut partai, mulutnya bermimikan partai. Sejujurnya, bagiku akan lebih indah, ketika segerombolan muslim berada didalam masjid maka itu akan menjadi satu warna, yaitu Muslim. Allahu robbi, Allahu robbukum. Allahu robbuna . . . Allah menyatukan kita.
Selain itu, aku jadi tidak bersemangat melingkar. Kangeeen sekali dengan lingkaran sekolah. Kangeeeen ama murobbiku dulu. Kangeeeeen ama teman seperjuangan dulu. Sampai saat huruf ini terpantul pada layar pun, kangen ini belum hilang. Aku yang masih dalam kesedihan dan rindu yang mendalam, sebuah ntah aku harusnya menyebutnya apa, dari ketikan salah seorang sahabat yang sangat panjang, membuat hati ini bisa dikatakan berdarah padahal saat itu aku juga tidak tau salahku apa, sedikit kutipan "Mungkin ketika jamaah ini terkena fitnah/musibah, pasti anti yang akan keluar duluan".
JLEB! Kata-kata itu tetap berhasil membuat tombol-tombol ini basah sampai sekarang . . . Belum lagi omongan-omongan dari saudara sendiri, prasangka-prasangka. Jadi, Pindah tempat namun tetap satu genangan adalah hal yang ingin segera aku lakukan. Disini bukan tempat aku. Aku tegaskan, bukannya aku benci, tapi aku hanya tidak suka yang terlalu berlebihan, dan aku sebisa mungkin memanajemen sakit hati.
Ternyata, hal seperti itu pula yang menyebabkan banyak teman-temanku di daerah lain bubar. Mosi tidak percaya tersebar. Omongan ini-itu menyebar. Kebanyakan mereka kecewa dan sakit berawal dari lingkarannya dan disisi lain penyebab seorang saudara keluar pun juga karena saudaranya sendiri. Sedih ya . . . Dari situ aku jadi sering termenung. Aku harus bagaimana??? Apalagi kondisi hati juga masih ada goresan. Takut mempengaruhi intonasi kata-kataku, Aku memilih diam pada mereka juga mengambil perkataan umar ra. (tolong dikoreksi jika keliru) "ketika kita tidak memberikan manfaat maka janganlah menyakiti".
Saat ini, aku sedang melihat dari dua spion. Alasan temanku yang suka dan alasan temanku yang tidak suka. Sikap seperti apa yang seharusnya di gunakan, evaluasi dari kedua pihak, celoteh mereka, belajar untuk se adil mungkin pada kedua belah pihak walau kadang mau gak mau jadi korban, belajar untuk ala kadarnya alias tidak berlebihan, menempatkan sesuatu pada momen yang tepat, dan jujur menjadi dasar hubungan. Di lain pihak, sebenarnya dahi masih mengernyit karena keduanya merasa benar dalam bersikap. Yang berlebihan merasa benar dan yang sakit hati merasa benar. Pertanyaanku, sudah seyakin apa tentang kebeningan spion aku, kamu, mereka dan kalian??? sudah sepasang atau masih satu sisi?? sudah dibersihkan atau masih berdebu?.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tidak terasa, 3 tahun sudah ku menjadi kakak asuh. Punya mantan lingkaran 2 yang sekarang sudah menyebar kemana-mana. Ada yang dekat dan ada yang jauuh tapi tak pernah kehilangan harap agar aku bisa menghubungi. Ada yang sekarang malah jadi adek kakak, curhat bareng, ngambek bareng, punya masalah dibahas bareng, kangen-kangenan bareng.Kakak atau murobbi atau sbg nya memang manusia. Kejujuranku pun aku utamakan untuk adek-adekku..
Saat VMJ datang pun, orang pertama yang tau adalah adekku. Kenapa? karena aku ingin mengajarkan apa yang ada dalam kisah Rasul dan sahabat, juga ingin mencoret peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelangga". Kakak-adek itu saling menasehati dan dinasehati, mengingati dan diingati, dan kakak memang sebisa mungkin membuat adeknya lebih baik. Kakak Juga tidak harus selalu keliatan lebih baik didepan adek. Aku selalu jujur dari awal tentang apa dan siapa lingkaran ini, mau dibawa kemana lingkaran ini oleh aku, dan sedikit kelebihan+kelemahanku sebagai bumbu awal suatu hubungan.
Pintu yang dibuka lebih dahulu membuat orang tidak segan berkunjung bukan??
Untuk kakak-kakak yang membaca ini, minta tolong di jaga ya hati adek-adeknya. . .
Kualitas itu lebih penting daripada kuantitas . . .
Ikatan hati itu lahir dari ketulusan pada suatu hubungan. Kejujuran pada kekurangan . . .
Penuh cinta karena Allah,
Mohon maaf lahir dan batin yaa. . .
Rahma, dalam nuansa jingga, di bulan cahaya.
11.08.12